Merangkul Mahasiswa dan Kaum Milenial - Rey: Mahasiswa Jangan Apatis
Desember 01, 2020
Candilkuya.com - Milenial dan apatisme terhadap politik menjadi tema yang di angkat Anggota Komisi I DPRD Jawa Barat yang digelari Gen Z Reynaldy Putra Andita Budi Raemi dalam sesi diskusi santai dengan mahasiswa di Bandung.
Menurutnya, kaum milenial dan apatisme terhadap politik itu sangat kental. Jangan sampai kaum milenial menutup diri tentang politik, karena berpolitik bukan hanya tentang partai, bukan juga tentang anggota dewan, Bupati atau Gubernur.
Rey sapaan akrab anggota dewan termuda ini menuturkan, bahwa mahasiswa jangan sampai berfikiran bahwa politik itu kotor, politik itu curang, politik itu korupsi, dan lain lain. Jika mahasiswa masih berfikir seperti itu, tanpa adanya niat untuk merubah stigma tersebut, politik untuk kaum milenial akan tetap seperti itu di pikiran masyarakat.
Ia juga mengatakan, semua orang pasti akan bersinggungan langsung dengan politik. Karena menurutnya, politik itu tidak hanya berbicara soal partai. “Menentukan harga segelas kopi saja, itu masuk ke politik menentukan harga bawang, dan cabai juga masuk kedalam kebijakan politik”, pungkasnya.
Rey berharap kepada kaum milenial, terutama mahasiswa. Jangan sampai menutup mata terhadap politik. Karena hidup di negara memiliki sistem demokrasi. Yang dimana sistem demokrasi tersebut adalah politik dan sebagai kaum milenial tidak bisa menutup mata tentang hal tersebut.
Lebih lanjut ia memaparkan, dengan politik kaum milenial bisa menambah relasi, menambah sudut pandang tentang cakra wala, membuka pemikiran selebar mungkin. Dengan politik juga, kaum milenial juga bisa menentukan kebijakan pemerintah.
“Anak anak muda jangan hanya berfikir, setelah kuliah saya harus kerja, harus nikah harus ini itu. Kita juga harus punya ke mauan untuk merubah dan berkontribusi terhadap kebijakan kebijakan yang ada”, tandasnya.
Menurutnya, kaum milenial dan apatisme terhadap politik itu sangat kental. Jangan sampai kaum milenial menutup diri tentang politik, karena berpolitik bukan hanya tentang partai, bukan juga tentang anggota dewan, Bupati atau Gubernur.
“Yang saya tahu, segala sesuatu yang ada di negara ini bahkan di seluruh belahan dunia di tentukan oleh kebijakan politik. Mahasiswa milenial harus sadar tentang hal ini, jangan sampai menutup mata”, ucapnya.
Rey sapaan akrab anggota dewan termuda ini menuturkan, bahwa mahasiswa jangan sampai berfikiran bahwa politik itu kotor, politik itu curang, politik itu korupsi, dan lain lain. Jika mahasiswa masih berfikir seperti itu, tanpa adanya niat untuk merubah stigma tersebut, politik untuk kaum milenial akan tetap seperti itu di pikiran masyarakat.
“Dengan saya masuk menjadi anggota dewan, saya ingin merubah stigma bahwa kaum milenial tidak bisa menjadi politisi. Mahasiswa pasti lambat laun akan masuk ke ranah politik”, tuturnya.
Ia juga mengatakan, semua orang pasti akan bersinggungan langsung dengan politik. Karena menurutnya, politik itu tidak hanya berbicara soal partai. “Menentukan harga segelas kopi saja, itu masuk ke politik menentukan harga bawang, dan cabai juga masuk kedalam kebijakan politik”, pungkasnya.
Rey berharap kepada kaum milenial, terutama mahasiswa. Jangan sampai menutup mata terhadap politik. Karena hidup di negara memiliki sistem demokrasi. Yang dimana sistem demokrasi tersebut adalah politik dan sebagai kaum milenial tidak bisa menutup mata tentang hal tersebut.
“Intinya, kita mau bertahan atau ditinggalkan dengan sistem seperti ini. Itu hanya pilihan doang”, ujarnya kepada Pripos.id di acara diskusi with rey di Dago Coffe.
Lebih lanjut ia memaparkan, dengan politik kaum milenial bisa menambah relasi, menambah sudut pandang tentang cakra wala, membuka pemikiran selebar mungkin. Dengan politik juga, kaum milenial juga bisa menentukan kebijakan pemerintah.
“Anak anak muda jangan hanya berfikir, setelah kuliah saya harus kerja, harus nikah harus ini itu. Kita juga harus punya ke mauan untuk merubah dan berkontribusi terhadap kebijakan kebijakan yang ada”, tandasnya.